SuratAli 'Imran yang terdiri dari 200 ayat ini adalah surat Madaniyyah. Dinamakan Ali 'Imran karena memuat kisah keluarga 'Imran yang di dalam kisah itu disebutkan kelahiran Nabi Isa a.s., persamaan kejadiannya dengan Nabi Adam a. s., kenabian dan beberapa mukjizatnya, serta disebut pula kelahiran Maryam puteri 'Imran, ibu dari Nabi Isa a.s. Surat Al Baqarah dan Ali Kesemuanyaini hanyalah beberapa ayat yang berhubungan dengan persatuan kaum Muslim. Dari sini, dan dari Al-Qur'an secara keseluruhan, dapat dipahami bahwa adalah sebuah kewajiban agama bagi: sebagaimana dijelaskan dalam hadis 1203 dan hadis 1204 diatas, hal ini diwajibkan karna taat kepada pemimpin merupakan cerminan dari ketaatan kita AYATAL-QURAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN SAINS DAN TEKNOLOGI Surah al-Baqarah: 164 "Sesungguh nya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang BentukAmr yang terdapat dalam surah Yāsīnsebanyak 12 buah, tersebar dalam 12 ayat.Bentuk amr yang sebanyak 12 tersebar dalam ayat-ayat sebagai berikut: 11. AnNisa’ ayat 29. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yg berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Muamalah dalam Islam adalah aturan-aturan dan hukum yang mengatur tata cara memenuhi kebutuhan dunia dengan cara yang benar menurut syariat islam. AyatAl-Qur'an Tentang Etos Kerja. 1. Al-Qur'an Surat Al-Qashash: 77. وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ Keteranganmengenai QS. Al-Ahzab. Surat Al Ahzab terdiri atas 73 ayat, termasuk golongan surat-surat Madaniyah, diturunkan sesudah surat Ali'Imran. Dinamai Al Ahzab yang berarti golongan-golongan yang bersekutu karena dalam surat ini terdapat beberapa ayat, yaitu ayat 9 sampai dengan ayat 27 yang berhubungan dengan peperangan Al Ahzab, yaitu PDF| ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan ketaatan karyawan pada aturan akuntansi dengan kecenderungan kecurangan akuntansi, dan | Find, read and cite all the research you Q9zQj. Jakarta - Taat atau patuh terhadap perintah Allah SWT sudah semestinya dilakukan muslim. Orang yang taat kepada Allah SWT akan senantiasa mengerjakan segala perintahNya dan menjauhi untuk taat kepada Allah SWT termaktub dalam Al Quran surat An Nisa ayat 59يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَطِيْعُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَاُولِى الْاَمْرِ مِنْكُمْۚ فَاِنْ تَنَازَعْتُمْ فِيْ شَيْءٍ فَرُدُّوْهُ اِلَى اللّٰهِ وَالرَّسُوْلِ اِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ ذٰلِكَ خَيْرٌ وَّاَحْسَنُ تَأْوِيْلًا ࣖ - ٥٩Artinya "Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul Muhammad, dan Ulil Amri pemegang kekuasaan di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah Al Qur'an dan Rasul sunnahnya, jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya."Dalam ayat tersebut, Allah SWT memerintahkan hambaNya untuk taat kepadaNya, kepada Rasulullah, dan kepada Ulil Amri atau pemimpin di antara mereka. Ulama tafsir, Muhammad Quraish Shihab menerangkan, ketaatan terhadap Ulil Amri sebagaimana dijelaskan dalam ayat tersebut berkaitan dengan ketaatan kepada Allah SWT dan perintah Ulil Amri haruslah sejalan dengan perintah Allah SWT dan RasulNya. Apabila perintah tersebut bertentangan, maka tidak dibenarkan untuk dari buku Pendidikan Agama Islam Akidah Akhlak untuk MTs Kelas VII karya Hasan, seseorang disebut taat kepada Allah jika selalu mengerjakan perintahNya menjauhi laranganNya. Begitu pula dengan taat kepada Rasul seperti dalam hadits berikut,عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ مَا نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ فَاجْتَنِبُوْهُ، وَمَا أَمَرْتُكُمْ بِهِ فَأْتُوْا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ، فَإِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ كَثْرَةُ مَسَائِلِهِمْ وَاخْتِلاَفُهُمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْArtinya "Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , dia berkata "Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,'Apa saja yang aku larang terhadap kalian, maka jauhilah. Dan apa saja yang aku perintahkan kepada kalian, maka kerjakanlah semampu kalian. Sesungguhnya apa yang membinasakan umat sebelum kalian hanyalah karena mereka banyak bertanya dan menyelisihi nabi-nabi mereka tidak mau taat dan patuh'.HR Bukhari dan Muslim.Dijelaskan dalam kitab Ar-Risalah karya Imam Syafi'i, melalui surat An Nisa ayat 80, Allah SWT memberitahukan perjanjian dengan Rasulullah adalah perjanjian dengan Allah SWT. Begitu pula dengan ketaatan kepada Rasulullah juga merupakan ketaatan kepada Allah satu hikmah taat kepada Allah SWT dan RasulNya adalah kelak masuk surga, bersama orang-orang yang diberi nikmat Allah SWT. Hikmah ini dijelaskan dalam QS An Nisa ayat 69,وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَالرَّسُوْلَ فَاُولٰۤىِٕكَ مَعَ الَّذِيْنَ اَنْعَمَ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ مِّنَ النَّبِيّٖنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاۤءِ وَالصّٰلِحِيْنَ ۚ وَحَسُنَ اُولٰۤىِٕكَ رَفِيْقًا - ٦٩Artinya "Dan barangsiapa menaati Allah dan Rasul Muhammad, maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang diberikan nikmat oleh Allah, yaitu para nabi, para pencinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya."Itulah makna taat kepada Allah SWT beserta RasulNya, yakni dengan mengerjakan segala perintahNya dan menjauhi laranganNya. Semoga kita termasuk dalam orang-orang yang taat. Simak Video "Permintaan Maaf Wanita Simpan Al-Qur'an Dekat Sesajen-Akui Tertarik Islam" [GambasVideo 20detik] kri/row يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَطِيْعُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَاُولِى الْاَمْرِ مِنْكُمْۚ Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul [Muhammad], dan ulil amri [pemegang kekuasaan] di antara kamu. QS. An - Nisaa' 59Di ayat ini allah memerintahkan untuk taat kepaad Allah, Rasulullah, dan pemimpin dengan cara mentaati aturan - aturannyaDalam kehidupan sehari hari wujud dari mentaati pemimpin adalah dg mentaati aturan aturan yang berlaku di daerah kita seperti peraturan lalu lintas dan lain lain A. Mengartikan QS. An-Nuur 54 dan QS. An-Nisaa 80 Tentang taat kepada Allah dan RasulNya قُلْ أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا عَلَيْهِ مَا حُمِّلَ وَعَلَيْكُمْ مَا حُمِّلْتُمْ وَإِنْ تُطِيعُوهُ تَهْتَدُوا وَمَا عَلَى الرَّسُولِ إِلا الْبَلاغُ الْمُبِينُ [٥٤] Katakanlah "Taat kepada Allah dan taatlah kepada rasul; dan jika kamu berpaling Maka Sesungguhnya kewajiban Rasul itu adalah apa yang dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu sekalian adalah semata-mata apa yang dibebankan kepadamu. dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. dan tidak lain kewajiban Rasul itu melainkan menyampaikan [amanat Allah] dengan terang". [QS. An-Nuur 54] مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ وَمَنْ تَوَلَّى فَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا [٨٠] Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, Sesungguhnya ia telah mentaati Allah. dan Barangsiapa yang berpaling [dari ketaatan itu], Maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka [QS. An-Nisaa 80] B. Menjelaskan Kandungan QS. An-Nuur 54 Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk mengatakan kepada mereka untuk taat kepada Allah SWT dan Rosul-Nya dengan sungguh-sungguh. Jangan selalu berpura-pura beriman, tetapi perbuatan dan tingkah laku mereka bertentangan dengan kat-kata yang mereka ucapkan. Ini adalah sebagai peringatan terakhir kepada mereka. Apabila mereka tetap juga berpaling dari kebenaran dan melakukan hal-hal yang merugikan perjuangan kaum Muslimin maka katakanlah kepada mereka dosa perbuatan mereka itu akan dipikul diatas pundak mereka sendiri dan tidak akan membahayakan Nabi dan kaum Muslimin sedikitpun. Mereka akan mendapatkan kemurkaan Allah SWT dan siksanNya. Bila mereka benar-benar taat dan keluar dari kesesatan dengan menerima petunjuk Allah SWT dan Rasul-Nya niscaya mereka akan termasuk golongan orang-orang yang beruntung. Kewajiban rasul hanya menyampaikan petunjuk dan nasihat. Menerima atau menolak adalah keputusan masing-masing, diluar tanggung jawab rasul. Allah SWT melarang Nabi menerima sumpah mereka dan menyuruh Nabi memberi peringatan terakhir agar mereka benar-benar beriman serta taat dan patuh menerima perintah Allah dan Rasul-Nya Apabila mereka tidak insaf, maka nabi dibebaskan dari tanggungjawab terhadap perbuatan mereka karena rasul hanya berkewajiban menyampaikan petunjuk dan nasihat. 1. Menjelaskan kandungan QS. An-Nisaa 80 Tentang taat kepada Allah dan RasulNya مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ وَمَنْ تَوَلَّى فَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا [٨٠] Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, Sesungguhnya ia telah mentaati Allah. dan Barangsiapa yang berpaling [dari ketaatan itu], Maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka [QS. An-Nisaa 80] Perintah dan larangan Rasul yang tidak menyangkut urusan keagamaan umpamanya yang berhubungan dengan keduniaan seperti urusan pertanian dan pertahanan, maka rasul sendiri bersedia menerima pendapat dari sahabatnya yang lebih mengetahui masalahnya. Menurut sejarah, dalam menjaga kesopanan terhadap rasul para sahabat bertanya lebih dahulu apakah hal itu datangnya dari Allah SWT atau pendapat Rasul sendiri. Jika ditegaskan oleh Rasul bahwa ini adalah dari Allah SWT maka mereka menaati tanpa ragu-ragu dan jika dikatakan bahwa ini pendapat Muhammad maka para sahabat menemukakan pula pendapat mereka. Peristiwa ini pernah terjadi karena sahabat menghadapi perintah Rasul dalam memilih suatu tempat yang dekat ke mata air untuk kepentingan strategi pertahanan ketika perang Badar. Ketika menerangkan sebab turunnya ayat ini Muqatil meriwayatkan bahwa ketika Nabi Bersabda yang artinya ”Barang siapa mencintai aku sesungguhnya ia mencintai Allah. Dan barang siapa yang menaati aku sesunnguhnya ia menaati Allah. Orang munafik berkata, “Tidaklah kamu mendengar kata laki-laki ini [Muhammad]? Sesungguhnya ia telah mendekati syirik. Sesungguhnya ia melarang kita menyembah selain Allah dan ia menghendaki kita menjadikannya tuhan sebagaimana orang-orang Nasrani menjadikan Isa tuhan. Maka Allah menurunkan ayat ini.” [Riwayat Muqatil]. Menaati Rasul tidak dapat dikatakan perbuatan syirik, karena Rasul penyampai perintah Allah. Dengan demikian menaati Rasul adalah menaati Allah, bukan mempersekutukannya dengan Allah. Di dalam Tafsir al-Maragi dijelaskan bahwa syirik itu sendiri terdiri dari dua macam. Pertama, syirik uluhiyah, yaitu mempercayai adanya adanya sesuatu selain Allah yang mempunyai kekuatan gaib dan dapat memberi manfaat dan memberi mudarat. Kedua, syirik rububiyah,mempercayai bahwa ada sesuati selain Allah yang mempunyai hak menetapkan hukum haram dan halal, karena semua mahluk tunduk kepada kehendak_Nya. Allah menghendaki agar Rasul-Nya [Muhammad] tidak mengambil tindakan kekerasan atau paksaan terhadap orang yang tidka mneaatinya, karena ia diutus hanya sekedar menyampaikan berita gembira dan peringatan keras. Keimanan manusia pada kerasulannya tidak digantungkan kepada paksaan, tetapi kepada kesadaran setelah menggunakan pikiran. C. Menunjukkan perilaku orang yang mengamalkan QS. An-Nuur 54 dan QS. An-Nisaa 80 Tentang taat kepada Allah dan RasulNya Orang mukmin laki-laki maupun perempuan harus takut kepada Allah SWT dimana berada dengan maksud takut kepada Allah SWT disebabkan dosa-dosa yang telah dikerjakannya, dan selalu memelihara diri dari segala macam dosa-dosa yang mungkin terjadi. Siapa yang mentaati semua perintah Allah SWT dan menjauhi semua larangan-Nya disebabkan meyakini bahwa mengerjakan perintah Allah SWT itulah yang akan membawa kepada kebahagiaan hidup didunia dan di akhirat, meninggalkan semua larangan-Nya, akan menjauhkan mereka dari bahaya dan malapetaka di dunia dan akhirat dan selalu bertaqwa kepada-Nya, dan berbuat baik terhadap sesama manusia, maka mereka itu termasuk golongan orang-orang yang mencapai keridloaan Ilahi dan bebas dari segala siksaan-Nya di akhirat nanti. Hal ini sesuai dengan QS. An-Nuur 52 وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَخْشَ اللَّهَ وَيَتَّقْهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ [٥٢] Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, Maka mereka adalah orang- orang yang mendapat kemenangan [QS. An-Nuur 52] Disamping itu juga, Allah SWT menyuruh yang baik dan mencegah dari yang munkar, mendirikan sholat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah. وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ [٧١] dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka [adalah] menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh [mengerjakan] yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah;. [QS. Al Taubah 71] يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَا لَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولا [٦٦] Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikan dalam neraka, mereka berkata "Alangkah baiknya, andaikata Kami taat kepada Allah dan taat [pula] kepada Rasul". [QS. Al Ahzab 66 قَالَتِ الأعْرَابُ آمَنَّا قُلْ لَمْ تُؤْمِنُوا وَلَكِنْ قُولُوا أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الإيمَانُ فِي قُلُوبِكُمْ وَإِنْ تُطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ لا يَلِتْكُمْ مِنْ أَعْمَالِكُمْ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ [١٤] 14. Orang-orang Arab Badui itu berkata "Kami telah beriman". Katakanlah "Kamu belum beriman, tapi Katakanlah 'kami telah tunduk', karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." [QS. Al Hujurat 14] D. Menerapkan dalam kehidupan perilaku untuk taat kepada Allah dan RasulNya seperti yang terkandung dalam QS. An-Nuur 54 dan QS. An-Nisaa 80 Tentang taat kepada Allah dan RasulNya قُلْ أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا عَلَيْهِ مَا حُمِّلَ وَعَلَيْكُمْ مَا حُمِّلْتُمْ وَإِنْ تُطِيعُوهُ تَهْتَدُوا وَمَا عَلَى الرَّسُولِ إِلا الْبَلاغُ الْمُبِينُ [٥٤] Katakanlah "Taat kepada Allah dan taatlah kepada rasul; dan jika kamu berpaling MakaSesungguhnya kewajiban Rasul itu adalah apa yang dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu sekalian adalah semata-mata apa yang dibebankan kepadamu. dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. dan tidak lain kewajiban Rasul itu melainkan menyampaikan [amanat Allah] dengan terang". [QS. An-Nuur 54] Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk mengatakan kepada mereka untuk taat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya dengan sungguh-sungguh. Jangan selalu berpura-pura beriman, akan tetapi perbuatan dan tingkah laku mereka bertentangan dengan kata-kata yang mereka ucapkan. Ini adalah sebagai peringatan terakhir kepada mereka. Apabila mereka tetap juga berpaling dari kebenaran dan melakukan hal-hal yang merugikan perjuangan kaum muslimin maka katakanlah kepada mereka bahwa dosa perbuatan mereka itu akan dipikulkan diatas pundak mereka sendiri dan tidak akan membahayakan Nabi dan kaum muslimin sedikitpun. Mereka akan mendapat kemurkaan Allah SWT dan siksaanNya. Apabila mereka benar-benar taat dan keluar dari kesasesatan dengan menerima petunjuk Allah SWT dan Rasul-Nya niscaya mereka akan termasuk golongan orang-orang yang beruntung. Kewajiban Rasul hanya menyampaikan petunjuk dan nasehat. Menerima atau menolak adalah keputusan masing-masing, diluar tanggung jawab Rasul. Dalam dunia pendidikan, tentunya kita melaksanakan dasar-dasar aturan-aturan telah ditetapkan oleh pendidikan nasional. Menerapkan dalam kehidupan perilaku untuk taat kepada Allah dan RasulNya seperti yang terkandung dalam QS. An-Nuur 54 dan QS. An-Nisaa 80 Tentang taat kepada Allah dan RasulNya مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ وَمَنْ تَوَلَّى فَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا [٨٠] Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, Sesungguhnya ia telah mentaati Allah. dan Barangsiapa yang berpaling [dari ketaatan itu], Maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka [QS. An-Nisaa 80] Perintah dan larangan Rasul yang tidak menyangkut urusan keagamaan umpamanya yang berhubungan dengan keduniaan seperti urusan pertanian dan pertahanan, maka Rasul sendiri bersedia menerima pendapat dari sahabatnya yang lebih mengetahui masalahnya. Akhlak atau sopan santun sahabat berhadap Rasul ketika ada permasalahan lebih dahulu bertanya apakah hal itu datangnya dari Allah SWT atau pendapat Rasul sendiri. Jika ditegaskan oleh Rasul bahwa ini adalah dari Allah SWT maka mereka menaati tanpa ragu-ragu dan jika dikatakan bahwa ini pendapat Muhammad maka para sahabat mengemukakan pula pendapat mereka. Peristiwa ini pernah terjadi ketika sahabat menghadapi perintah Rasul dalam memilih suatu tempat yang dekat ke mata air untuk kepentingan strategi pertahanan ketika perang Badar. Allah SWT menghendaki agar Rasul-Nya [Muhammad] tidak mengambil tindakan kekerasan atau paksaan terhadap orang yang tidak menaatinya, karena ia diutus hanya sekedar menyampaikan berita gembira dan peringatan keras. Keimanan manusia pada kerasulannya tidak digantungkan kepada paksaan, akan tetapi kesadaran setelah menggunakan pikiran. Baca juga Ayat tentang nikmat Allah dan cara bersyukur Secara terminologis arti kata etika sangat dekat pengertiannya dengan istilah Al- Qur’an yaitu al-Khuluq. Untuk mendeskripsikan konsep kebajikan, Al-Qur’an menggunakan sejumlah terminologi sebagai berikut khair, bir, adl, haq, ma’ruf, dan taqwa Badroen, 2006. Menurut ajaran Islam, akhlak adalah perilaku yang berhubungan dengan ketaatan terhadap perintah dan aturan yang telah ditentukan oleh Allah SWT dalam berbagai aspek kehidupan. Akhlak berkaitan dengan kewajiban bagi setiap individu umat Islam dalam kehidupan sehari-hari Kanter, 2001. Etika dalam Islam juga dapat disebut akhlak. Menurut M. Yatimin Abdullah Etika Islam merupakan ilmu yang mengajarkan dan menuntun manusia kepada tingkah laku yang baik dan menjauhkan diri dari tingkah laku buruk sesuai dengan ajaran Islam yang tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan hadits. Etika Islam mengatur, mengarahkan fitrah manusia dan meluruskan perbuatan manusia di bawah pancaran sinar petunjuk Allah SWT, menuju keridhaan-Nya. Manusia yang melaksanakan etika Islam niscaya selamat dari pikiran-pikiran dan perbuatan-perbuatan yang keliru dan menyesatkan Abdullah, 2006. Konsep etika penegakan hukum dalam Al-Qur’an berlandaskan pada nilai al-qisth kesamaan, al-adl keadilan, dan al-bir kebaikan. Berlaku adil dilakukan dalam keadaan apapun, sebagaimana firman Allah berikut َِّطۡسِّقۡلٱِّبَ ءٓا د ہُشَِّ َّ ِّلِلَّ نيِّمٲ َّو قَْاوُنوُكَْاوُن ما ءَ نيِّذَّلٱَا ہُّي أٰٓـ ي َۖ َ شَ ۡمُڪَّن م ِّر ۡج يَ لَ وَ َْاوُلِّدۡع تَ َّلَ أَ ٰٓى ل عَ ٍم ۡو قَ ُنأَـ ن َۚ َٰى وۡقَّتلِّلَ ُب رۡق أَ وُهَْاوُلِّدۡعٱَ ََۖ َ َّلِلّٱَْاوُقَّتٱ و َۚ َ َّلِلّٱََّنِّإَ َ نوُل مۡع تَا مِّبَ ُۢريِّب خَ َ 156 “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Al-Maaidah [5] 8 Etika dalam Islam mengajarkan dan menuntun manusia kepada tingkah laku yang baik dan menjauhkan diri dari tingkah laku yang buruk. Etika Islam menetapkan bahwa yang menjadi sumber moral, ukuran baik buruknya perbuatan, didasarkan kepada ajaran Allah SWT Al-Qur’an dan ajaran rasul-Nya Sunnah. Etika Islam bersifat universal dan komprehensif, dapat diterima oleh seluruh umat manusia di segala waktu dan tempat. Etika Islam mengatur dan mengarahkan fitrah manusia ke jenjang akhlak yang luhur Akhlaqul Karimah dan meluruskan perbuatan manusia di bawah petunjuk Al-Qur’an untuk menyelamatkan manusia dari perilaku yang keliru dan menyesatkan. Dengan ajaran Islam yang praktis dan tepat, cocok dengan fitrah naluri dan akal pikiran manusia, maka etika Islam dapat dijadikan pedoman hidup oleh seluruh manusia Ya’qub,1993. Islam memandang etika adalah bagian dari akhlak manusia karena akhlak bukanlah sekedar menyangkut perilaku yang bersifat lahiriah semata, tetapi mencakup hal-hal yang kompleks, yaitu mencakup bidang, akidah, ibadah, dan syari’ah Nuh, 2011. Al-Qur’an menyinggung penegak hukum diperintahkan untuk adil dan konsisten pada kebenaran. Hal ini merupakan refleksi etika penegak hukum, khususnya penegak hukum, seperti polisi, jaksa, hakim, dan advokat dalam menegakan keadilan yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadits, sebagaimana berikut َْاوُمُك ۡح تَن أَ ِّساَّنلٱَ نۡي بَمُت ۡم ك حَا ذِّإ وَا هِّلۡه أَ ٰٓى لِّإَِّتٰـ نٰـ م ۡلۡٱَْاوُّد ؤُتَن أَ ۡمُكُرُمۡأ يَ َّلِلّٱَ َّنِّإ َ َِّلۡد عۡلٱِّب َۚ َمُكُظِّع يَاَّمِّعِّنَ َّلِلّٱَ َّنِّإَ َۤۦِّهِّب َۗ َ نا كَ َّلِلّٱَ َّنِّإَ ا ري ِّص بَاۢ عيِّم س َ “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan menyuruh kamu apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat.” An-Nisaa’ [4] 58 ََُّلِلّٱَ كٰٮ ر أَٓا مِّبَ ِّساَّنلٱَ نۡي بَ مُك ۡح تِّلَِّ ق حۡلٱِّبَ بٰـ تِّكۡلٱَ كۡي لِّإَٓا نۡل زن أَٓاَّنِّإ َۚ ا مي ِّص خَ نيِّنِٕٮٓا خۡلِّ لَنُك تَ لَ وَ َ “Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang orang yang tidak bersalah, karena membela orang-orang yang khianat.” An-Nisaa’ [4] 105 ٲ وۡلٱَِّو أَ ۡمُكِّسُفن أَ ٰٓى ل عَ ۡو ل وَِّ َّ ِّلِلَّ ءٓا د ہُشَِّطۡسِّقۡلٱِّبَ نيِّمٲ َّو قَْاوُنوُكَْاوُن ما ءَ نيِّذَّلٱَا ہُّي أٰٓـ ي َ نيِّب رۡق ۡلۡٱ وَِّنۡي دِّل َۚ َ ٰى ل ۡو أَُ َّلِلّٱ فَا ً۬ ريِّق فَ ۡو أَا يِّن غَ ۡنُك يَنِّإَ ا مِّہِّب َۖ َِّدۡع تَن أَ ٰٓى و هۡلٱَْاوُعِّبَّت تَ لَ فَ َْاوُل َۚ ا ريِّب خَ نوُل مۡع تَا مِّبَ نا كَ َّلِلّٱََّنِّإ فَْاوُض ِّرۡعُتَ ۡو أَْاۤۥ ُوۡل تَنِّإ وَ َ “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. dan jika kamu memutar balikkan kata-kata atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.” An- 157 ُسَر ُتْعَِس َلاَقَ ف ،َسَلَجَف ،اَنْ يَلِإ َجَرَخَف ،َرَمُع ِنْب ِالله ِدْبَعِل اَنْسَلَج َلاَق ،ٍدِشاَر ِنْب َيَْيُ ْنَع وُقَ ي َمَّلَس َو ِهْيلَع ِالله َّلَص ِالله َلو ُهُتَعاَفَش ْتَلاَح ْنَم ُل ِطَخَس ِفِ ْلَزَ ي َْلِ ،ُهُمَلْعَ ي َوُهَو ،ٍلِطَبَ ِفِ َمَصاَخ ْنَم َو ،َالله َّداَض ْدَقَ ف ،ِالله ِدوُدُح ْنِم ٍ دَح َنوُد ،ِهيِف َسْيَل اَم ٍنِمْؤُم ِفِ َلاَق ْنَم َو ،ُهْنَع َعِزْنَ ي َّتََّح ِالله َةَغْدَر ُالله ُهَنَكْسَأ .َلاَق اَِّمّ َجُرَْيَ َّتََّح ،ِلاَبَْلِا “Dari Yahya bin Rasyid, dia berkata kami bertamu di rumah Abdullah bin Umar, sebentar kemudian dia keluar untuk menemui kami dan duduk bersama, lalu dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa memberikan pertolongan di luar batas aturan Allah, berarti dia telah melawan Allah. Barangsiapa memperjuangkan suatu kebatilan sedangkan dia tahu itu adalah perbuatan batil, maka Allah akan selalu murka kepadanya, kecuali dia berhenti melakukannya. Barangsiapa menuduh tanpa bukti tentang suatu perkara kepada seorang mukmin, maka Allah akan menceburkannya ke dalam Radghat Al-Khibal neraka, kecuali dia mencabut kembali perkataannya tersebut”. Abu Dawud 3597. ِبَأ ْنَع َةَدْيَرُ ب ِنْبا ْنَع َّنَْلْا ِفِ ٍضاَقَو ِراَّنلا ِفِ ِناَيِضاَق ٌةَث َلاَث ُةاَضُقْلا َلاَق َمَّلَسَو ِهْيَلَع َُّللَّا ىَّلَص َِّبَِّنلا َّنَأ ِهي ِراَّنلا ِفِ َكاَذَف َكاَذ َمِلَعَ ف ِ قَْلِا ِْيَغِب ىَضَق ٌلُجَر ِة ِفِ َوُهَ ف ِساَّنلا َقوُقُح َكَلْهَأَف ُمَلْعَ ي َلَ ٍضاَقَو ِةَّنَْلْا ِفِ َكِلَذَف ِ قَْلِِبَ ىَضَق ٍضاَقَو ِراَّنلا “Dari Ibnu Buraidah dari ayahnya bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda "Hakim itu ada tiga, dua di neraka dan satu di surga seseorang yang menghukumi secara tidak benar padahal ia mengetahui mana yang benar, maka ia di neraka. Seorang hakim yang bodoh lalu menghancurkan hak-hak manusia, maka ia di neraka. Dan seorang hakim yang menghukumi dengan benar, maka ia masuk surga." HR. At-Tirmidzi 1244 Kandungan ayat Al-Qur’an dan hadits di atas, menuntut bahwa keadilan harus ditegakkan. Untuk mewujudkan cita-cita keadilan tersebut diperlukan usaha yang sungguh- sungguh, serta kemampuan intelektual yang sesuai dengan syari’at Islam guna mendapatkan makna keadilan sesuai ketentuan Allah SWT berdasarkan Al-Qur’an dan hadits. Dalam hubungan dengan kehidupan sesama manusia, pokok-pokok ajaran Islam dalam Al-Qur’an memberikan dasar yang kokoh dan permanen bagi seluruh prinsip etika dan moral yang dibutuhkan dalam menjalani kehidupan dan memberikan jawaban yang komprehensif dan menyeluruh untuk segala persoalan tingkah laku manusia, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat. Sebagai tujuan menciptakan kehidupan yang berimbang di dunia demi mencapai tujuan kebahagiaan di akhirat Rusdji Ali, 2004. C. RANGKUMAN Hubungan ilmu dengan kemanusiaan memiliki hubungan yang sangat erat. Hal ini dikarenakan ilmu bisa berkembang karena keberadaan manusia, dan manusia mewujudkan sifat-sifat baiknya untuk memelihara kelangsungan hidup ini di dunia dan manusia memenuhi kebutuhan hidupnya juga dengan ilmu. Ilmu pada dasarnya ditujukan untuk kemaslahatan hidup manusia. Dalam hal ini, ilmu dapat dimanfaatkan sebagai sarana atau alat dalam meningkatkan taraf hidup manusia dengan memperhatikan kodrat manusia, martabat, dan kelestarian manusia yang didasarkan pada tugas dan kedudukan manusia sebagai khalifah dan Abdullah abid. Sedangkan konsep etika penegakan hukum dalam Islam berlandaskan pada nilai al-qisth kesamaan, al-adl keadilan, dan al-bir kebaikan. 158 D. LATIHAN/TUGAS/EKSPERIMEN Mahasiswa mendiskusikan nilai al-qisth kesamaan, al-adl keadilan, dan al-bir kebaikan dalam penegakkan hukum di Indonesia. DAFTAR PUSTAKA Abdullah, M. Yatimin. 2006. Pengantar Studi Etika. Jakarta PT. Rajagrafindo Persada. An-Nabhani, Taqiyuddin. 2001. Nizhamul Islam. Bogor Pustaka Thariqul Izzah. Badroen, Faisal, dkk. 2006. Etika BisnisDalam Islam. Jakarta Kencana. Bakhtiar, Amsal. 2004. Filsafat Ilmu. Jakarta PT RajaGrafindo Persada. Kanter, 2001. Etika Profesi Hukum Sebuah Pendekatan Sosio-Religius. Jakarta Storia Grafika. Nuh, Muhammad. 2011. Etika Profesi Hukum. Bandung Pustaka Setia. Rusdji Ali, Muhammad. 2004. Hak Asasi Manusia dalam Perspektif Syari’at Islam Mengenal Jati Diri Manusia. Jakarta Mihrab. Sulaiman, Abdul Hamid. 1994. Permasalahan Metodologis Dalam Pemikiran Islam. Jakarta Media Da’wah. Surajiyo. 2010. Fislafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta PT. Bumi Aksara. Suriasumantri, Jujun. S. 2010. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta Pustaka Sinar Harapan. 159 BAB III